Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Ulama adalah pewaris Nabi saw..

Go down

Ulama adalah pewaris Nabi saw.. Empty Ulama adalah pewaris Nabi saw..

Post by alFaqir Mizie786 Sun Apr 20, 2014 8:36 am

Ulama adalah pewaris para Nabi. Para ulama mempunyai peranan
penting sebagai pemimpin umat untuk meneruskan dan memelihara
syiar dan kemuliaan Islam. Rasulullah S.A.W memerintahkan umatnya
untuk menghormati dan memuliakan para ulama. Bahkan, satu dari
tiga perkara yang dikhuatiri Nabi Muhammad S.A.W adalah umat Islam
akan mengabaikan dan tak mempedulikan alim ulama.
Kebimbangan Rasulullah S.A.W itu nampaknya sudah mulai terjadi. Tak
sedikit umat yang mulai mengabaikan, melecehkan, menghina dan
menentang alim ulama. Betapa tidak, tak sedikit orang yang
memperolok-olok dan mentertawakan fatwa-fatwa ulama. Padahal,
sesungguhnya, fatwa itu ditetapkan untuk melindungi kehidupan umat.
''Menurut ajaran Islam, perbuatan seperti itu sangat berbahaya,'' papar
Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi dalam kitabnya Himpunan
Fadilah Amal. Diakuinya, dalam setiap kalangan selalu ada yang baik
dan buruk. Begitu pula di kalangan ulama. Syeikh al-Kandahlawi
menegaskan, ulama yang baik lebih banyak berbanding ulama yang
buruk.
Lalu bagaimana membezakan ulama suu' (buruk) dengan ulama rasyad
(diberi petunjuk)? Menurut Syeikh al-Kandahlawi, tak ada batasan
tertentu dalam hal ini. Untuk itu, ada dua hal yang perlu diperhatikan
umat berkaitan masalah ini. Pertama, jika seorang ulama belum
dipastikan sebagai ulama suu', jangan sekali-kali kita membuat
keputusan apa-apa terhadapnya.
Kedua, jika hanya kerana berprasangka buruk bahawa si penceramah
adalah ulama suu', janganlah sekali-kali membantah ucapannya begitu
saja tanpa diselidiki terlebih dahulu, kerana sikap seperti itu
merupakan kezaliman.
Allah S.W.T berfirman dalam Al-Quran surat al-Israa ayat 36:
''Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan
tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan serta hati,
semuanya akan ditanya.''
Menurut Syeikh al-Kandahlawi, Rasulullah S.A.W mengajarkan agar
umatnya bersikap hati-hati, yakni tak menolak atau membenarkan
sesuatu begitu saja, sebelum kita mengetahuinya dengan pasti.''
Namun, yang berlaku sekarang adalah sebaliknya. Apabila ada orang
yang mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan pendapat kita,
bukan saja menolaknya, bahkan menentangnya,'' ungkap dia.
Syeikh al-Kandahlawi mengingatkan, ulama Haqqani, ulama Rusydi
(yang benar) dan ulama Khairi yang baik adalah manusia juga. '' Yang
ma'sum hanyalah para Nabi. Oleh sebab itu, jika ada kesalahan,
kelemahan dan kekurangan pada diri mereka, tanggung jawabnya
kembali kepada diri mereka sendiri,'' papar Syeikh al-Kandahlawi.
Menurutnya, hanya Allah S.W.T yang berhak menentukan sama ada
azab atau keampunan bagi mereka. Syeikh al-Kandandahlawi
mendedahkan, orang-orang yang mengajak untuk berburuk sangka,
membenci dan berusaha menjauhkan alim ulama dari umat termasuk
penyebab kerosakan agama. Orang yang seperti itu, kata Syeikh al-
Kandahlawi, akan mendapat azab yang keras .
Rasulullah S.A.W bersabda,'' Sesungguhnya sebahagian dari
mengagungkan Allah adalah; memuliakan orang tua Muslim,
memuliakan hafiz Al-Quran yang tak melampaui batas dan memuliakan
pemimpin yang adil.'' (HR Abu Dawud). Bahkan, Rasulullah S.A.W
menyatakan, mereka yang tak memuliakan alim ulama bukanlah
sebahagian daripada umatnya.
''Bukan termasuk umatku orang yang tak menghormati orang tua, tidak
menyayangi anak-anak dan tidak memuliakan alim ulama.'' (HR
Ahmad, Thabrani, Hakim). Dalam hadis lain, Rasulullah S.A.W sempat
membimbangkan tiga hal yang akan terjadi pada umatnya. '' Aku tidak
membimbangkan umatku kecuali tiga hal,'' sabda Rasulullah.
''Pertama, keduniaan berlimpah, sehingga manusia saling mendengki.
Kedua, orang-orang jahil yang berusaha menafsirkan Al-Quran dan
mencari-cari ta'wilnya, padahal tak ada yang mengetahui ta'wilnya
kecuali Allah. Ketiga, alim ulama diabaikan dan tidak akan dipedulikan
oleh umatku.'' (HR Thabrani).
''Dewasa ini, pelbagai ucapan buruk telah dilontarkan kepada alim
ulama,'' papar Syeikh al-Kandahlawi. Untuk itu, ujarnya, umat perlu
berhati-hati dalam membicarakan tentang ulama. ''Jika di dunia ini
tidak ada alim ulama yang benar dan jujur ​​dan yang ada hanyalah
orang-orang jahil dan ulama suu ', kita tetap tak boleh menuduh
seorang ulama itu suu' hanya berdasarkan ucapan orang.''
Menurutnya, seluruh Muslim di dunia wajib mewujudkan masyarakat
Islam yang dapat melahirkan alim ulama yang hakiki. Sebab,
kewujudan ulama di tengah-tengah umat merupakan fardhu kifayah. ''
Apabila suatu jamaah sudah mewujudkannya, maka tuntutan undang-
undang darfu gugur dari semuanya. Jika kita lalaikan usaha
mewujudkan ulama yang hakiki, maka kita semua berdosa,'' papar al-
Kandahlawi
Daripada Abdullah bin Amr bin ‘ash r.a. berkata: Aku mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda, “Bahawasanya Allah s.w.t. tidak
mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan
sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah s.w.t.
menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim
ulama. Maka apabila sudah ditiadakan alim ulama,
orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil
sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin
yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa
ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan
orang lain.” (Hadits Riwayat Muslim)
Keterangan
Sekarang ini alim-ulama sudah berkurangan. Satu demi satu pergi
meninggalkan kita. Kalau peribahasa Melayu mengatakan, “patah
tumbuh, hilang berganti”, peribahasa ini tidak tepat herlaku kepada
alim ulama. Mereka patah payah tumbuh dan hilang payah berganti.
Sampailah suatu saat nanti permukaan bumi ini akan kosong dari
Ulama. Maka pada masa itu sudah tidak bererti lagi kehidupan di dunia
ini. Alam penuh dengan kesesatan. Manusia telah kehilangan nilai dan
pegangan hidup. Scbenarnya, alim ulama lah yang memberikan makna
dan erti pada kehidupan manusia di permukaan bumi ini. Maka apabila
telah pupus alim ulama, hilanglah segala sesuatu yang bernilai.
Di ahir-akhir ini kita telah melihat gejala-gejala yang menunjukkan
hampirnya zaman yang dinyatakan oleh Rasulullah s.a.w tadi. Di mana
bilangan alim ulama hanya tinggal sedikit dan usaha untuk
melahirkannya pula tidak mendapat perhatian yang sewajarnya.
Pondok-pondok dan sekolah-sekolah agama kurang mendapat
perhatian daripada cerdik pandai. Mereka banyak mengutamakan
pengajian-pengajian di bidang urusan keduniaan yang dapat meraih
keuntungan harta benda dunia. Ini lah realiti masyarakat kita di hari
ini. Oleh itu, perlulah kita memikirkan hal ini dan mencari jalan untuk
menyelesaikannya.
Dari Sahl bin Saad as-Saaidi r.a. berkata: Rasulullah s.a.w bersabda;
‘Ya Allah! Jangan kau temukan aku dan mudah-
mudahan kamu (sahabat) tidak bertemu dengan
suatu masa di mana para ulama sudah tidak diikut
lagi, dan orang yang penyantun sudah tidak disegani
lagi. Hati mereka seperti hati orang Ajam (pada
fasiqnya), lidah mereka seperti lidah orang Arab
(pada fasihnya).” (Hadits riwayat Ahmad)
Keterangan
Mungkin zaman sekarang ini sudah mendekati keadaan yang telah
digambarkan oleh Rasulullah s.a.w ini. Masyarakat sudah agak jauh
dari para ulama. Mereka takut mendekati para ulama, kerana khuatir
perbuatan mereka akan ditegur. Orang tidak segan lagi membuat
maksiat walau pun di hadapan orang yang tinggi akhlaknya.
Terkadang, sengaja perkara maksiat itu dibuat di hadapan para Ulama
untuk menyatakan rasa ego dan sekaligus untuk menyinggung
perasaan mereka. Golongan ini juga pandai bercakap dan sering
memutarbelitkan kenyataan. Percakapan mereka begitu halus dan
memikat orang lain pada hal hati mereka adalah hati harimau yang
bersedia untuk menerkam dan memangsa musuhnya.
[Dipetik dari 42 Hadith tentang Peristiwa Akhir Zaman oleh Abu Ali Al
Banjari An Nadwi (Ahmad Fahmi Zamzam)]
alFaqir Mizie786
alFaqir Mizie786

Hamba Faqir
Gender : Male
Join date : 20/03/2014
Posts : 10
Reputation : 0

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum